Saturday 2 July 2016

Ramadhan Datang dan Pergi..

Assalamualaikum...

Salam 27 Ramadhan. Di malam yang penuh barakah, dalam bulan yang penuh barakah di 10 terakhir Ramadhan yang dijanjikan dengan pembebasan dari api neraka. Mudahan Allah swt mengurniakan setiap dari kita pembebasan dari murkaNya dengan keberkatan Ramadhan dan insan yang diturun kepadanya Al Quran.

Saat badai melanda kita, ujian demi ujian terus mencabar keimanan dan kesabaran. Bagaimana tidak bersabar? Kalian berada di bulan kesabaran. Tiada pahala yang lebih sesuai untuk mereka yang bersabar melainkan Syurga. Jadikan Rasulullah SAW sebagai pedoman. Saat dilanda ujian Badar, kekuatan Allah swt jua yang dijadikan sandaran. Qiam di malam Badar hingga ke hening pagi. Kemenangan yang dicari terbukti di hadapan mata para sahabat. Umat kehilangan pengharapan kepada Allah.. Allah di Medan Badar inilah jua yang akan membantu kita.. tiadalah yang lain selainnya. Namun  bersyaratkan Sabar dan Taqwa.

Bangkitlah ummat.. *jangan hanya melihat kepada usaha zahirmu*..
*jangan merendahkan usaha teman-temanmu...barangkali saat kalian berjuang, mereka gigih berdoa..barangkali kemenanganmu asbab dari pemaqbulan doa mereka.*
*Teruskan ke hadapan..jangan menoleh kepada sangka buruk..jangan menafikan usaha teman-teman...*

"Membina Akhlak Yang Mulia"

Sunday 26 June 2016

"MUHASABAH DIRI..."

"Sumber kesombongan dengan amal soleh adalah menganggap amalnya sudah banyak, menganggap dirinya telah memenuhi hak-hak Allah.

Sedangkan, jika hati selalu melihat kebesaran Allah, seluruh amal tidak ada nilainya di mata kita"

Habib Ali Zainal Abidin Abdurrahman Al-Jufri Hafizahullah

Tuesday 14 June 2016

OBATI HATI KALIAN

Obati hati kalian dari mengagungkan sesuatu yang tidak di agungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala karena semua itu menyebabkan kehinaan di hari Kiamat. Dan Akan mendengar seruan panggilan memanggil yang mana semua makhluk mendengar :

"Orang ini telah mengagungkan sesuatu yang tidak di agungkan oleh Allah…!"

Maka berjatuhan daging yang ada di wajahnya karena sangatnya malu.

Mudah-mudahan Allah menghapus musibah-musibah dalam hati dan keluarga kita. Yaitu rasa cinta kepada orang kafir yang tidak pernah sekalipun dahi mereka sujud kepada Allah.

Ya Allah jadikan Sayyidina Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabat juga ahlil bait Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi idola kami dan keluarga kami.. Ya Allah..

Sayyidina Al Habib Umar bin Hafidz

Monday 30 May 2016

KATA-KATA HIKMAH

Dari Habib Ali Zaenal Abidin Al-Hamid pilihan hati.

" Orang yang niat untuk berbuat baik tapi esoknya tak jadi buat, Allah catat satu pahala baginya.

Kalau orang yang niat untuk membuat jahat tapi esoknya tak jadi buat, Allah akan catatkan satu pahala, kerana meninggalkan perbuatan tercela itu.."

" Carilah hikmah dalam segenap perkara yang kita kerjakan. Hanya dengan itu, diri kita akan tersenyum dan terus tersenyum, meskipun kita diuji dengan ujian yang tidak pernah dipikul oleh sesiapa pun di dunia ini..."

"Jika kita sabar dan bertaqwa pasti diberikan kemenangan oleh Allah swt. Kerana kemenangan ialah dari Allah swt bukannya kerana kekuatan senjata dan bilangan tentera yang ramai.."

JIka kamu tahu apa yang Allah beri disebalik masalah yang dihadapi. Nescaya, kamu akan berharap supaya hidup ini bermasalah sahaja kerana yang disimpan oleh Allah adalah lebih baik dari apa yang diberi.."

Tuesday 24 May 2016

NAFSU YANG TERSEMBUNYI

Beberapa pakar sejarah Islam meriwayatkan sebuah kisah menarik, kisah Imam Ahmad bin Miskin, seorang ulama abad ke-3  dari kota Basrah, Iraq. Beliau bercerita :
Aku pernah diuji dengan kemiskinan pada tahun 219 Hijriyah.
Saat itu, aku sama sekali tidak memiliki apapun, sementara aku harus menafkahi seorang isteri dan seorang anak.
Lilitan hebat rasa lapar terbiasa mengiringi hari-hari kami.
Maka aku bertekad untuk menjual rumah dan pindah ke tempat lain. Akupun berjalan mencari orang yang bersedia membeli rumahku.

Bertemulah aku dengan sahabatku Abu Nashr dan kuceritakan keadaanku. Lantas, dia malah memberiku 2 lembar roti isi manisan dan berkata: “Berikan makanan ini kepada keluargamu.”
Di tengah perjalanan pulang,
aku berselisihan dengan seorang wanita faqir bersama anaknya. Tatapannya jatuh di kedua lembar rotiku.
Dengan nada yang sayu dia memohon:
“Wahai Tuan, anak yatim ini belum makan, tak terdaya terlalu lama menahan rasa lapar yang melilit diri.
Tolong beri dia sesuatu yang boleh dia makan.
Semoga Allah Ta'ala merahmati Tuan.”
Sementara itu, si anak menatapku tekun dengan tatapan yang takkan kulupakan sepanjang hayat.

Tatapan matanya menghanyutkan fikiranku dalam khayalan ukhrawi, seolah-olah syurga turun ke bumi, menawarkan dirinya kepada siapapun yang ingin meminangnya, dengan mahar mengenyangkan anak yatim miskin dan ibunya ini.
Tanpa ragu sedetikpun, kuserahkan semua yang ada ditanganku. “Ambillah, beri dia makan”, kataku pada si ibu.
Demi Allah, padahal waktu itu tak sesen pun dinar atau dirham kumiliki. Sementara di rumah, keluargaku sangat memerlukan makanan itu.

Spontan, si ibu tak dapat membendung air matanya(menangis) dan si kecilpun tersenyum indah bak purnama.
Kutinggalkan mereka berdua dan kulanjutkan langkah kakiku,
sementara beban hidup terus bergelutan dipikiranku.
Sejenak, kusandarkan tubuh ini di sebuah dinding, sambil terus memikirkan rencanaku menjual rumah.
Dalam posisi seperti itu, tiba-tiba Abu Nashr dengan kegirangan mendatangiku.
“Hei, Abu Muhammad...!
Kenapa kau duduk duduk di sini sementara limpahan harta sedang memenuhi rumahmu?”, tanyanya.

"Masyaallah....!”,
jawabku terkejut.
“Dari mana datangnya?”
“Tadi ada lelaki datang dari Khurasan.
Dia bertanya-tanya tentang ayahmu atau siapapun yang punya hubungan kerabat dengannya.
Dia membawa berduyun-duyun kenderaan barang penuh berisi harta,” ujarnya.
“Jadi?”, tanyaku kehairanan.
“Dia itu dahulu saudagar kaya di Basrah ini. Kawan ayahmu, dulu ayahmu pernah memberikan kepadanya harta yang telah
ia kumpulkan selama 30 tahun.
Lantas dia rugi besar dan bangkrap.
Semua hartanya musnah, termasuk harta ayahmu. Lalu dia lari meninggalkan kota ini menuju Khurasan.
Di sana, keadaan ekonominya beransur-ansur baik.

Bisnesnya meningkat jaya.
Kesulitan hidupnya perlahan-lahan pergi, berganti dengan limpahan kekayaan.
Lantas dia kembali ke kota ini, ingin meminta maaf dan memohon keikhlasan ayahmu atau keluarganya atas kesalahannya yang lalu.
Maka sekarang, dia datang membawa seluruh harta hasil keuntungan niaganya yang telah dia kumpulkan selama 30 tahun berniaga dan ingin berikan semuanya kepadamu,
berharap ayahmu dan keluarganya berkenan memaafkannya.”

Ahmad bin Miskin melanjutkan ceritanya:
“Kalimah puji dan syukur kepada Allah Ta'ala  meluncur dari lisanku".
Sebagai bentuk syukur.
Segera kucari wanita faqir dan anaknya tadi.
Aku menyantuni dan menanggung hidup mereka seumur hidup.
Aku pun terjun di dunia perniagaan seraya menyibukkan diri dengan kegiatan sosial, sedekah, santunan dan berbagai bentuk amal solih.

Adapun hartaku, terus bertambah melimpah ruah tanpa berkurang.
Tanpa sedar, aku merasa TAKJUB dengan amal solihku.

Aku MERASA, telah MENGUKIR lembaran catatan malaikat dengan hiasan AMAL KEBAIKAN. Ada semacam HARAPAN PASTI dalam diri, bahawa namaku mungkin telah TERTULIS di sisi Allah Ta'ala dalam daftar orang-orang SOLIH.

Suatu malam, tidur dan bermimpi.
Aku lihat, diriku tengah berhadapan dengan hari kiamat.
Aku juga lihat, manusia bagaikan berombak lautan.

Aku juga lihat, badan mereka membesar.
Dosa-dosa pada hari itu berwujud dan berupa, dan setiap orang memikul dosa-dosa itu masing-masing di punggungnya.
Bahkan aku melihat, ada seorang pendosa yang memikul di punggungnya beban besar seukuran kota Basrah,
isinya hanyalah dosa-dosa dan hal-hal yang menghinakan.
Kemudian, timbangan amal pun ditegakkan dan tiba giliranku untuk perhitungan amal.

Seluruh amal burukku diletakkan di salah satu sisi timbangan,
sedangkan amal baikku di sisi timbangan yang lain.

Ternyata, amal burukku jauh lebih berat daripada amal baikku..!
Tapi ternyata, perhitungan belum selesai.
Mereka mulai meletakkn satu persatu berbagai jenis amal baik yang pernah kulakukan.
Namun alangkah ruginya aku.
Ternyata dibalik semua amal itu terdapat "NAFSU TERSEMBUNYI".

Nafsu tersembunyi itu adalah riya', ingin dipuji, merasa bangga dengan amal solih.
Semua itu membuat amalku tak berharga. Lebih buruk lagi, ternyata tidak ada satupun amalku yang terlepas dari nafsu-nafsu itu. Aku putus asa.
Aku yakin aku akan binasa.
Aku tidak punya alasan lagi untuk selamat dari seksa neraka.

Tiba-tiba, aku mendengar suara,
“Masihkah orang ini punya amal baik?”
“Masih...”,
jawab suara lain. “Masih berbaki ini.”
Aku pun menjadi tidak tentu, amal baik apakah gerangan yang masih berbaki?
Aku berusaha melihatnya.
Ternyata, itu HANYALAH dua LEMBAR ROTI isi manisan yang pernah kusedekahkan kepada wanita fakir dan anaknya.
Habis sudah harapanku...

Sekarang aku benar benar yakin akan binasa sebinasanya.
Bagaimana mungkin dua lembar roti ini menyelamatkanku,
sedangkan dulu aku pernah bersedekah 100 dinar sekali sedekah dan itu tidak berguna sedikit pun.
Aku merasa benar-benar tertipu habis-habisan.
Segera 2 lembar roti itu diletakkan di timbanganku.
Tak kusangka, ternyata timbangan kebaikanku bergerak
turun sedikit demi sedikit, dan terus bergerak turun sehingga lebih berat sedikit dibandingkan timbangan keburukkanku.
Tak sampai disitu, tenyata masih ada lagi amal baikku.

Iaitu berupa AIR MATA wanita faqir itu yang mengalir saat aku berikan sedekah.
Air mata tak terbendung yang mengalir kala tersentuh akan kebaikanku. Aku, yang kala itu lebih mementingkan dia dan anaknya dibanding keluargaku.
Sungguh tak terbayang, saat air mata itu diletakkan, ternyata timbangan baikku semakin turun dan terus memberat.
Hingga akhirnya aku mendengar suatu suara berkata,
“Orang ini selamat dari seksa neraka...!

Masih adakah terselit dalam hati kita nafsu ingin dilihat hebat oleh orang lain pada ibadah dan amal-amal kita..????!!!

Allahuakbar!!! aku bermohon kehadrat Allah Tuhan Pemilik Hari Pembalasan agar diriku, keturunanku juga sahabat²ku semua dijauhkan dari sifat dan juga amal dari Nafsu Yang Tersembunyi.

Sumber tazkirah telah kupetik dari kitab"KISAH TAULADAN"
"Ar-Rafi’i dalam  Qalam (2/153-160)".

semoga bersama kita beroleh manfaat.

Selamat beramal dan beristiqomah

Oleh Abu Musoddiq

Sunday 22 May 2016

Kitaran Hidup..

Ketika umur kita bawah 10 tahun, kita percaya bahawa bermain merupakan perkara sangat penting. Sebab itu kita suka bermain. Pagi petang siang malam mahu bermain.

Ketika umur kita belasan tahun pula, kita merasakan kebebasan itu lebih penting. Sebab itu kita ingin menyuarakan pendapat sendiri. Ingin suara didengari. Kita banyak memberontak dan sedikit keras kepala. Kita menjadi degil dan tidak mahu mendengar kata.

Beranjak kepada umur 20-an, kita berasakan pendidikan dan kerjaya pula penting. Sebab itu kita belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh kerjaya yang setimpal. Kadang-kadang kita berasa menyesal tidak belajar bersungguh-sungguh dahulu. Melihat kawan-kawan mendapat pekerjaan yang baik kita berasa cemburu. Alangkah ruginya kita mempersiakan hidup sebelum ini.

Meningkat kepada umur 30-an, kita semakin sedar bahawa kewangan itu pula penting. Masa inilah kita sedang membina hidup. Membina keluarga. Ingin membeli kereta,  rumah, tanah, aset, melancong dan sebagainya.

Namun akhirnya, kita akur tatkala memasuki fasa 40-an. Bahawa perkara yang paling penting dalam hidup ialah kesihatan. Kekayaaan dan lain-lain tidak bermakna dengan tahap kesihatan yang tidak memuaskan. Pada masa ini darah tinggi, kencing manis, jantung sakit  dan lain-lain sedang cuba melamar. Masa inilah kita menyesal kerana sibuk dengan kerjaya sehingga lupa untuk bersenam, menjaga kesihatan ketika umur remaja dan meningkat dewasa.

Memasuki era 50-an, tatkala kita sudah memiliki semua impian, akhirnya kita sedar bahawa perkara yang lagi penting dalam hidup ialah kasih sayang. Kita sedikit kesunyian tatkala anak-anak sudah berkahwin dan tinggal di tempat lain. Anak-anak yang sibuk dengan kerjaya menjadikan kita rindu saat-saat indah bersama mereka di usia kecil. Rumah banglo besar, kereta besar seakan-akan tidak lagi bermakna. Rumah besar kosong dan sunyi sepi.

Kehidupan mesti diteruskan. Tatkala memasuki usia 60-an, kita semakin sedar bahawa hanya amal ibadat perkara yang cukup bermakna sebagai bekalan menuju ke sana. Segala kemewahan dan kebendaan tidak lagi bermakna. Kubur bakal menjemput bila-bila masa. Rumah hampir setiap hari menyatakan selamat tinggal. Mujurlah Tuhan masih membuka pintu dan menerima taubat yang kita pohon.

Demikianlah kitaran hidup. Kanak-kanak akan menjadi remaja. Remaja akan menjadi dewasa. Dan dewasa akan melangkah ke alam usia emas. Usia hanyalah pinjaman. Dunia hanyalah pinjaman. Amatlah rugi jika kita mempersiakan hidup dengan perkara yang merugikan dan melalaikan. Terlibat dengan gejala dadah, berkawan dengan rakan yang melalaikan, atau terlalu sibuk dengan kebendaan.

Hidup ini hanya sementara kawan. Kejarlah akhirat sebelum tertiarap. Dunia juga penting. Kerana dengan dunialah kita akan ke akhirat. Semoga kita semua kekal dalam keberkatan, keredaan dan kasih sayang Tuhan.

Kembali Kepangkuan Allah SWT

Ayat-ayat Qur'an yang memujuk Wahsyi (atau sesiapa sahaja yang berdosa) agar kembali ke pangkuan Allah

Sejarah Islam merekam syahidnya paman Nabi Muhammad, Sayyidina Hamzah radhiyallahu'anhu sebagai peristiwa memilukan. Di perang Uhud, ujung tombak menembus dadanya. Hindun pemimpin golongan kaum kafir kegirangan karena orang suruhannya berhasil melakukan tugas dengan baik dan berjanji menghadiahkan kebebasan bagi sang pembunuh yang adalah seorang budak. Wahsyi bin Harb namanya. Rasullah sallallahu'alaihi wasallam mengalirkan airmatanya yang suci atas peristiwa pedih yang menimpa pamannya di jalan Allah itu.

Tentang Wahsyi bin Harb, Qaatilu Hamzah (pembunuh Hamzah) ini, Muhammad Yusuf al-Kandahlawi dalam kitab agung Hayatush Shahabah menuturkan kisahnya untuk kita.

Setelah Rasul dan kaum muslimin berhasil membebaskan kota Mekkah (Fathu Makkah), Rasul mulia sallallahu'alaihi wassalaam mengutus sahabatnya untuk menemui Wahsyi dan mengajaknya memeluk agama Allah. Wahsyi datang menemui Rasul dan berkata,

”Wahai Muhammad, bagaimana engkau mengajakku untuk berislam sedang engkau menyatakan bahwa sesungguhnya orang yang membunuh, musyrik atau berzina akan mendapatkan dosa besar dan siksanya akan dilipat gandakan di hari kiamat, dan ia kekal didalamnya dalam keadaan terhina, padahal aku ini melakukan semua itu? Maka adakah engkau menemukan celah keringan bagi diriku ini?”

Untuk pernyataan Wahsyi ini turun ayat Allah,

إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحاً فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً

"Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang"

( Qs. Al-Furqan ayat 70)

Berkata kembali Wahsyi dengan nada mengeluh,

”Ya Muhammad Hadza Syarthun Syadid (Ini syarat yang amat berat). Aku takut kalau seandainya aku tidak mampu memenuhi syarat tersebut.”

Allah kemudian menurunkan ayat 48 surat an-Nisa’:

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِ ماً

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar

(Qs. Annisa’ ayat 48).

Wahsyi masih saja menimpali,

“Wahai Muhammad, ayat tadi menurutku berkenaan dengan kehendakNya sedang aku tidak mengerti apakah Tuhanmu akan mengampuniku atau tidak, Adakah ayat lain yang selain tadi?”

Maka kemudian turun lagi ayat alQuran al-Karim:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

(Qs Al-Zumar ayat 53 )

Baru kemudian Wahsyi menyatakan,

“Hadza Na’am (yang ini, iya aku menerima)" .

Ia memeluk agama Allah dan menjadi Muslim. Orang-orang kemudian berkata,

“Sesungguhnya kita mengalami apa yang dialami oleh Wahsyi.”

Rasul sallallahu'alaihi wasallam menegaskan,

”Hiya lilmuslimina ‘ammah (hal itu untuk ummat Islam seluruhnya).”

Kisah ini menegaskan betapa pemurahnya Allah terhadap hamba- hambaNya.

Dalam hadits qudsi bahkan ditegaskan bahwa rintihan para pendosa yang bertaubat lebih disenangi Allah dari deru suara tasbih para hamba yang memujiNya. Pantaslah jika kasih sayang Allah jauh melampai amarahNya dan bahkan kasih sayangNya meliputi siapapaun saja hatta pendosa besar seperti Wahsyi.

Jikalau Wahsyi yang berlumur dosa besar dipanggil mesra oleh Allah untuk kembali pulang (taubat) kepangkuanNya, maka itupun pasti berlaku bagi kita semua.

Memasuki awal Ramadhan ini marilah kita bersimpuh dihadapanNya, mengakui segala dosa dan hina diri untuk berjanji pulang dan mengubur semua nista itu untuk berharap pasti ampunan dan maafNya. Jika dosa-dosa yang membalut diri kita membuat kita menjadi ulat yang menjijikkan, semoga dengan taubat, ibadah dan amal sholeh didalam bulan suci Ramadhan ini, kita mampu merubah diri menjadi kupu-kupu indah di idul fitri nanti.

Selamat kembali ke pangkuan Allah Ar-Rahman ar-Rahim.

Thursday 19 May 2016

Rahsia Yang Ditutup Rapat-Rapat

1. Jodoh

Tiada siapa tahu siapa jodoh kita dan boleh tentukan siapa jodoh kita. Tak guna kita fikir sedalam-dalamnya macam mana berjumpa jodoh dan bila berjumpa jodoh. Kenapa eh? Lagi banyak kita fikir lagi pening dan lost lah kita. Kenapa eh? Jodoh itu rahsia yang ditutup rapat-rapat. Oleh sebab itu, banyak berdoa pada Allah dan yakinlah bahawa jodoh yang ditentukanNya pasti yang terbaik dan pada masa yang kita dah bersedia dan mampu memikul tanggungjawab rumahtangga. Setiap hari sedekahkan al-fatihah dan doa yang terbaik buat bakal jodoh. Jadilah yang solehah, dapatlah nanti suami yang soleh. Yang dah bertemu jodoh, peliharalah ia dengan iman dan ihsan. Hiaskan perkahwinan itu dengan kasih sayang.

2. Rezeki

Rezeki pun rahsia yang ditutup rapat-rapat. Ada orang cacat tubuh badan dan derianya tapi, mampu membina empayar yang besar. Ada orang usaha satu hari, esok dah berjaya. Belajar main-main tapi result gempak. Baca sekali dah hafal and faham. Ada orang sempurna tubuh badan, satu kerja pun susah nak buat.Ada orang pula kerja bagai nak gila, masih sama. Belajar pagi petang siang malam, result biasa2. Baca berpuluh puluh kali pun susah nak faham. Kejayaan,keluarga, harta, ketenangan dan banyak lagi adalah rahsia Allah. Sebab tu bila kita rasa kita boleh menentukan rezeki kita, otak boleh jadi gila dan rasa nak pecah. Bila kita rasa kita boleh tentukan rezeki kita, hati tak tenang dan selalu dalam kerisauan. Rezeki kita, Allah yang tentukan. Yakin lah orang berusaha pasti berjaya. Hidup susah itu bukan selamanya.Orang bijaksana belajar daripada kesalahan. Orang bersyukur tenang hatinya. Rezeki itukan rahsia Allah. Apa yang kita dapat hari ini adalah yang terbaik untuk membersihkan hati dan selalu bersyukur.

3. Ajal Maut

Sakit bukan punca meninggal dunia. Ada orang sakit kronik, hidup bertahun-tahun. Ada yang sihat walafiat, meninggal dalam tidur. Hidup mati itu rahsia Allah yang ditutup rapat-rapat. Selagi hidup, usahalah menjaga kesihatan dan kehidupan yang dipinjamkan Allah dengan bersungguh-sungguh kerana pastinya ajal akan menjemput di mana sahaja dan pada bila-bila masa. Fikirkan kematian dan dosa sudah cukup untuk buatkan kita menjadi insaf kerana syurga dan neraka itu benar. Semoga diberikan pengakhiran yang terbaik di syurga.

Tuesday 17 May 2016

QS. Luqman : Ayat 33

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِيْ وَالِدٌ عَنْ وَّلَدِهٖ  ۖ   وَلَا مَوْلُوْدٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَّالِدِهٖ شَيْــئًا    ؕ  اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللّٰهِ الْغَرُوْرُ
Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan kamu, dan takutilah akan hari (akhirat) yang padanya seseorang ibu atau bapa tidak dapat melepaskan anaknya dari azab dosanya, dan seorang anak pula tidak dapat melepaskan ibu atau bapanya dari azab dosa masing-masing sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar, maka janganlah kamu diperdayakan oleh kehidupan dunia, dan jangan pula kamu diperdayakan oleh bisikan dan ajakan Syaitan yang menyebabkan kamu berani melanggar perintah Allah.
[QS. Luqman: Ayat 33]

Sunday 15 May 2016

Kelompok Besar (al-Sawad al-A'zam), Orang Asing (al-Ghuraba') dan Kebenaran

[1]. Kelompok minoriti tidak semestinya terpuji, betul, dan di jalan yang benar. Jangan ingat hanya kerana Allah SWT banyak menyebut, memuji golongan sedikit, mafhum: "sedikit di kalangan hambaKu yang bersyukur...(QS Saba':13)" ; "berapa banyak kumpulan sedikit mampu mengalahkan kumpulan besar..." (QS Al-Baqarah:249)  atau Nabi SAW memuji, mafhum: "beruntunglah mereka yang asing (al-ghuraba') maka kita pun merasakan golongan "sedikit" itu terpuji lalu ingin menjadi kelompok yang kecil atau minoriti. Kelompok seperti ISIS,  Qadiani, Ayah Pin,  pun semuanya sedikit dan minoriti tetapi mereka semua bathil dan ajaran mereka sesat dan menyesatkan. Ajaran sesat hari ini semuanya minoriti.

[2]. Yang ramai atau majoriti juga tidak semestinya betul. Agama Kristian mempunyai 2.2 billion penganut di seluruh dunia manakala ajaran Islam dikatakan sekitar 1.6 billion saja. Bukan bermakna ajaran Kristian itu benar walaupun majoriti.

[3]. Lalu bagaimana sikap kita dan cara memahaminya? Maka hendaklah kita melihat konteksnya bila ketikanya kelompok kecil dipuji dan bilakah pula kita disaran bersama golongan majoriti yang berada di atas jalan kebenaran.

[4]. Golongan sedikit yang dipuji ialah mereka yang benar-benar beramal dengan ajaran Islam dan hakikat hari ini mereka yang beramal dengan Islam dengan sesungguhnya jauh lebih sedikit berbanding dengan umat Islam yang pada nama saja. Tengok perbandingan  jumlah mereka yang ke masjid dan ke tempat-tempat hiburan sudah cukup untuk mendapat gambaran awal itu. Ini kerana jalan ke Neraka itu disukai nafsu seperti mana hadith dari Anas bin Malik RA  bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

“Syurga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim)

[5]. Tetapi dalam memilih untuk  beramal dan mengambil hukum hakam, kita diperintahkan untuk mengikut pandangan ramai atau pandangan majoriti. Majoriti siapa? Bukan majoriti orang awam Tom, Dick and Harry (Pak Mat atau Mak Timah), tetapi ahli ilmu, ulama yang benar di kalangan mujtahid yang dipanggil "al-Sawad al-Azam". Sebab itu ada istilah "ijma" dan "ittifaq" yang merujuk kepada pandangan ramai atau kesepakatan mujtahid dan ulama. Kita ditegah mengikut pandangan ganjil, pelik, berseorangan (isolated) atau disebut "syaz". Ini menunjukkan minoriti tidak semestinya betul dan terpuji sepanjang masa.

[6]. Ambil contoh memakan "daging khinzir". Ijma' ulama menghukumkan khinzir haram dimakan mana-mana bahagian sekalipun. Tetapi ada pandangan pelik, ganjil (syaz) yang mengatakan yang haram dimakan hanya "daging" (لحم) khinzir saja kerana kata mereka ayat atau hadis yang melarang menyebut spesifik "daging khinzir", adapun bahagian khinzir yang lain (seperti perut, lemak, tulang babi dll) boleh dimakan. Ini pandangan pelik menyalahi Ijma' dan kita ditegah mengikutinya. Mahukah kita memperjudikan agama kita dengan mengikuti pandangan minoriti sebegini? Ini bukan soal memilih pemimpin politik tetapi memilih fatwa dan hukum hakam untuk beramal di dunia yang kesilapannya akan membawa kesengsaraan berpanjangan di Akhirat kelak. Silap memilih pemimpin politik, 5 tahun sekali boleh ditukar.

[7]. Perintah untuk bersama dengan pandangan majoriti ulama ramai (bukan majoriti orang awam) banyak disebutkan dalam al-Qur'an dan al-Hadith. Antaranya Sabda Baginda SAW, mafhumnya:
إنّ أمّتي لا تجتمع على ضلالة فإذا رأيتم الإختلاف فعليكم بالسواد الأعظم
"Sesungguhnya umat aku  tidak akan berhimpun dalam kesesatan. Jika kamu melihat perselisihan (dalam kalangan mereka), maka hendaklah kamu mengikuti kumpulan terbesar (al-sawadul a'zam). (HR Ibn Majah).

[8]. Tetapi jangan terkeliru dengan  Firman SWT yang berbunyi (mafhumnya):  “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” [QS.al-An'am 6: 116]

Yang dimaksudkan "kebanyakan" atau "majoriti" orang di sini bukan dimaksudkan KEBANYAKAN ULAMA tetapi di kalangan orang awam khususnya golongan kafir. Imam Baydhawi RA menjelaskan:  “Yang dimaksud dengan "kebanyakan" manusia adalah orang-orang kafir atau orang-orang bodoh tentang agama atau pengikut hawa nafsu.” [Tafsir al-Baydhawi: 2/199]

[9]. Lalu apa yang harus diajar kepada masyarakat awam? Ajarlah mereka agar bersama dengan pandangan majoriti ulama Ahlul Sunnah wal Jamaah kerana itulah lebih selamat dan hampir mustahil majoriti ulama yang ikhlas itu tersalah atau berpakat dalam kebathilan. Dalam masa yang sama ingatkan mereka kuatkan semangat kerana ketika kita beramal dan berpegang teguh dengan ajaran Islam itu, pasti kita akan terasa terasing, minoriti kerana tidak ramai manusia di sekeliling yang mentaati Allah SWT, melawan hawa nafsu sedangkan ramai yang lebih suka mengikut hawa nafsu mereka.

[10]. Kesimpulannya, beramallah dengan apa yang disepakati oleh majoriti ulama (al-sawad al-a'zam) walaupun mungkin akhirnya kita hanya menjadi minoriti (al-ghuraba')  di dunia akhir zaman yang semakin rosak yang majoriti penghuninya tidak lagi berpegang dengan kebenaran, ajaran Islam dan lalai daripada mengingati Allah SWT. Wallahu'alam.

"Membina Akhlak Yang Mulia"

Majlis Haul Ummatul Mukminin

Dengan mengenang kepada Saidatina Khadijah Al Kubro maka kita akan mendapat 3 perkara :-

1. Kesabarannya
2. Ketabahan
3. Keteguhan

- Habib Ali Zaenal Abidin Al Hamid

Saturday 14 May 2016

Kisah Dua Orang Bersaudara

Di sebuah desa yang subur, hiduplah dua lelaki bersaudara. Sang kakak telah berkeluarga dan dikaruniai 2 orang anak, sedangkan si adik masih melajang.
Mereka menggarap satu lahan berdua dan ketika panen, hasilnya mereka bagi sama rata.
Di suatu malam setelah panen, si adik duduk sendiri dan berfikir. "pembagian ini sungguh tidak adil, seharusnya kakakku lah yang mendapat bagian lebih banyak karena dia hidup dengan istri dan kedua anaknya“.
Maka di malam yang sunyi itu diam-diam dia menggotong satu karung padi miliknya dan meletakkanya di lumbung padi milik kakaknya.
Ditempat yang lain, sang kakak juga berfikir, "pembagian ini adil jika adikku mendapat bagian yang lebih banyak, karena ia hidup sendiri, jika terjadi apa-apa dengannya tak ada yang mengurus, sedangkan aku ada anak dan istri yang kelak merawatku."
Maka sang kakakpun bergegas mengambil satu karung dari lumbungnya dan mengantarkan dengan diam-diam ke lumbung milik sang adik.
Kejadian ini terjadi bertahun-tahun ...
Dalam benak mereka ada tanda tanya, kenapa lumbung padi mereka seperti tak berkurang meski telah menguranginya setiap kali panen?
Hingga disuatu malam yang lengang setelah panen, mereka berdua bertemu ditengah jalan.
Masing-masing mereka menggotong satu karung padi ...
Tanda tanya dalam benak merekapun akhirnya terjawab sudah, seketika itu juga mereka saling memeluk erat, mereka sungguh terharu berurai air mata menyadari betapa mereka saling menyayangi.
Beginilah seharusnya kita bersaudara ...
Jangan biarkan Harta menjadi pemicu permusuhan melainkan menjadi perekat yang teramat kuat diantara saudara.
Allah telah menanamkan cinta pada hati mereka yang mau lelah memikirkan nasib saudara-saudara mereka ...
Allah tidak akan membiarkan kita kekurangan jika kita selalu berusaha mencukupi kehidupan orang lain ...
Allah tak akan menyusahkan kita yang selalu berusaha membahagiakan orang lain ...
Semoga bermanfaat...
Barokallahu fiykum....

- KH Amir Hamzah, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ishlah Jakarta 

Tafakur Hati_ Syirik Hati Yang Tersembunyi!

_Dalam hidup kita...._ Bila *ALLAH* _sembuhkan kita daripada kesakitan melalui ikhtiar ubat yang kita ambil.. Kita nampak ubat.._ *Kita tak nampak *ALLAH*

Bila *ALLAH* _berjayakan kita dalam akademik melalui bijaknya kita dalam pelajaran.. Kita nampak kebijaksanaan kita.._ Kita tak nampak *ALLAH*

Bila *ALLAH* _bagi kita pekerjaan yang selesa melalui cemerlangnya kita dalam bidang yang diceburi..Kita nampak kecemerlangan kita.._ Kita tak nampak *ALLAH*

Bila *ALLAH* _bagi kita kekayaan harta melalui asbab gigihnya usaha kita dlm perniagaan.. Kita nampak kegigihan usaha kita.._ Kita tak nampak *ALLAH*

Bila *ALLAH* _kurniakan kita pasangan yang soleh/solehah serta keluarga yang bahagia.. Kita nampak baiknya kita.._ Kita tak nampak *ALLAH*

Bila *ALLAH* _keluarkan kita daripada masalah melalui bantuan manusia disekeliling.. Kita nampak baiknya manusia tersebut.._ Kita tak nampak *ALLAH*

Bila *ALLAH* _masyhurkan kita di pandangan mata manusia di dunia melalui asbab kelebihan kita.. Kita nampak hebatnya kita.._ Kita tak nampak *ALLAH*

Bila *ALLAH* _bagi segala jenis nikmat yang tak pernah mintak dibayar dan tak terhitung.. Kita hanya nampak indahnya nikmat itu.._ Kita tak nampak *ALLAH*

_Sungguh, mata hati kita masih buta dan samar.. Dek keangkuhan seorang hamba atau kotornya segumpal darah bernama hati mungkin.. Utk melihat Maha Mencipta disebalik kejadian.._

_Bukan senang untuk didik diri dan hati melihat_ *ALLAH* _dalam setiap langkah kita.. Tapi itulah hakikat kehidupan kita di sini.._ Datang dari *ALLAH* hidup untuk *ALLAH* dan balik kepada *ALLAH*. _Semoga ruh para rasul, nabi, tabien, syuhada, para pejuang agama, ulama, saudara mara, sahabat handai kita yang telah pulang kepada_ *ALLAH* dicucuri rahmat.. Kita PASTI menyusul..

Salam Ukhwah kerana *ALLAH*

*Semoga ada kebaikan dan manafaat untuk semua, In Shaa ALLAH*

Thursday 12 May 2016

Sekeping Hati

Seperti jasad lahir yang perlu makanan, hati juga perlukan makanan. Makanan hati ialah zikrullah (ingat Allah). Tanpa zikrullah, hati akan kelaparan. Jasad yang tidak mendapat makanan, akan menjadi lemah, maka begitu juga hati apabila tidak berzikir, ia akan lemah.  Hati yang lemah tidak akan mampu menerima kebenaran dan melakukan kebaikan. Akal mungkin mengakui, tetapi masih tidak dapat bertindak, kerana hati terlalu lemah. Ada pengetahuan, tetapi kurang kemahuan.

Jika terus dibiarkan tanpa zikir, hati akan sakit. “Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?.” (Muhammad: 29). Dan  jika berterusan dibiarkan, lama kelamaan hati itu akan mati. Apabila hati mati, terkuncilah ia daripada mendapat kebenaran secara total.  Pada  ketika itulah berlakulah seperti yang dinyatakan oleh Allah melalui firmanNya:” Allah Telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup . dan bagi mereka siksaan yang besar.” (al-Baqarah: 7).

Sambutan Maulidur Rasul SAW 1437H

Alangkah indah dunia ini sekiranya ketenangan dan kedamaian menyelubungi hidup kita..Maulid dapat membangkit kembali spiritual ummah mengenang perjuangan Rasulullah SAW hingga ke hari ini..